Rabu, 01 April 2015

HIDAYAH KATA 'MAAF'

HIDAYAH KATA 'MAAF'
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (TQS.7:199)

Dibalik Segala Kesulitan Tersebutlah Tersimpan Ridha Allah

Jika meminta maaf saja tantangannya sudah besar maka memberi maaf punya tantangan dan keutamaannya tersendiri yang bahkan jauh lebih besar dari meminta maaf. Maka tidak berlebihan Rasulullah menempatkan sikap memberi lebih baik daripada meminta, “Tangan diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah.Tangan yang di atas itu ialah tangan yang memberi; sedangkan tangan yang di bawah ialah yang meminta-minta.” , ungkapnya.
Seakan mempertegas keutamaannya Rasulullah pun memposisikan memberi maaf adalah sebagai akhlak yang paling mulia di dunia dan akhirat  Nabi saw bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan diakhirat? Memberi maaf orang yang menzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu.” (H.R. Baihaqi).
.
Selain kebaikan ruhani dan akhlak, sifat memberi maaf bahkan juga memiliki kebaikan jasmani, yaitu membuat tubuh kita menjadi lebih sehat.

 Dalam bukunya, Forgive for Good (Maafkanlah demi Kebaikan), Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres.
.
Dibalik semua keutamaan tersebut, yang sudah tentu tidak kita ragukan lagi kebaikannya. Mamang membuat setan tidak bisa diam, dengan segala bujuk rayunya setan selalu menggelitik sifat sombong kita dan mebisikkan kepada kita betapa hinanya bila seseorang meminta maaf, apalagi memberi maaf. Maka sifat sombong dan khawatir menjadi hina kembali menjadi hambatan kita untuk memberi maaf. Padahal dihadapan Allah tidak ada penghargaan lain terhadap orang yang redah hati (tawadhu’) dan suka memaafkan kecuali kemuliaan di sisi-Nya.


Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan tiada Allah menambah seseorang karena (mau) memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidak ada seorang hamba pun yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah kecuali Allah akan mengangkatnya.” (Muslim no. 2588)


“Allah lebih gembira terhadap taubat hamba-Nya daripada seseorang diantara kamu yang mendapatkan untana yang telah hilang di Gurun Sahara. (Muttafaq ‘alaih)

Sebagai seorang muslim yang taat, sudah tentu kita ingin semua hal yang kita lakukan lebih mendekatkan kita kapada Allah dan membuka jalan menuju Ridha-Nya. Maka sudah sepatutnya taubat  (termasuk meminta maaf)  dan memberi maaf kita masukkan menjadi menu makanan harian yang tidak pernah kita lewatkan. Karena kita tidak tahu, kapan kesempatan kita untuk bertaubat akan berkhir.
.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar